Telur, Baik atau
Buruk untuk Kesehatan?
Penulis :
Bramirus Mikail | Rabu, 20 Juli 2011 | 14:22 WIB

KOMPAS.com – Telur adalah
makanan yang kerap dijuluki superfood. Dalam telur terdapat beragam
nutrisi penting mulai dari protein, vitamin, mineral,antioksidan, dan lemak
baik. Sebutir telur berukuran besar mengandung hanya 70 sampai
80 kalori, dan mencukupi 10 persen kebutuhan protein harian, selain
juga di dalamnya terdapat zat besi, mineral dan vitamin B (riboflavin,
asam folat, vitamin B6 dan vitamin B12).
Walaupun begitu, telur juga kerap
punya reputasi buruk sebagai makanan berkolesterol tinggi. Lantas, apakah kita
perlu membatasi konsumsi telur atau sama sekali menghindarinya?
Kebenarannya adalah mengonsumsi
telur tidaklah buruk bagi kesehatan. Fakta bahwa makan telur dapat memicu risiko penyakit
kardiovaskular merupakan kesalahan umum.
Menurut riset yang
dipublikasikan Journal of the American College of Nutrition (2000),
di mana penelitian ini dilakukan untuk memperkirakan tingkat hubungan antara
konsumsi telur dan kadar kolesterol, telur memberikan kontribusi nutrisi
penting untuk diet dan tidak terkait dengan kolesterol tinggi.
Studi
ini menunjukkan, mereka yang makan empat telur atau lebih dalam
satu minggu benar-benar memiliki kadar kolesterol lebih rendah dibandingkan
mereka yang tidak makan sama sekali atau hanya menyantap satu butir telur per
minggu.
Beberapa peneliti juga percaya bahwa
zat yang disebut 'kolin', yang ditemukan terutama dalam kuning telur, mamapu
melawan efek berbahaya kolesterol yang ada dalam kuning telur. Kolin dapat
membantu menurunkan kadar kolesterol yang terkait dengan penyakit
kardiovaskular. Satu butir telur menyediakan 30 persen kebutuhan harian setiap
orang, dimana memainkan peran penting dalam kesehatan otak dan pengurangan
peradangan.
Pada
2010, sebuah penelitian Harvard melibatkan lebih dari 21.000 dokter
laki-laki selama periode 20 tahun, dan dimana saat itu umur mereka rata-rata 54
tahun. Studi ini menemukan bahwa pria yang makan tujuh atau lebih telur per
minggu, 23 persen lebih mungkin meninggal akibat penyebab apapun. Namun
konsumsi telur itu tidak terkait dengan peningkatan risiko serangan jantung
atau stroke, bahkan di antara pria yang mengonsumsi lebih dari tujuh telur per
minggu.
Para pendukung telur mengatakan
bahwa, penelitian tersebut tidak menyediakan cukup bukti untuk menyalahkan
telur. Menurut mereka, penelitian tersebut tidak mengatakan tentang penyebab
kematian dan tidak ada informasi yang cukup jelas mengenai apa-apa saja yang
mereka makan.
Untuk
lebih aman, Anda harus berhati-hati untuk tidak makan terlalu banyak telur
goreng karena Anda juga akan mengkonsumsi lemak dari minyak telur. Kuncinya
disini adalah, jangan mempersiapkan telur dengan menyertakan mentega atau
minyak terlalu banyak.
Jika Anda benar-benar khawatir
tentang kandungan kolesterol dalam telur, Anda bisa makan putih telur saja.
Putih telur adalah pilihan terbaik, terutama jika Anda mencoba untuk mengurangi
kalori. Putih telur merupakan sumber protein fantastis, tetapi tanpa lemak.
Satu
lagi ketakutan yang mungkin bisa timbul ketika kita memakan telur adalah adanya
bakteri yang terkontaminasi pada telur. Sebagaimana diketahui, di luar negeri
seperti Amerika Serikat, satu dari 20.000 telur berisiko terkontaminasi dengan
Salmonella, bakteri yang dapat menyebabkan penderitaan usus ekstrem.
Namun, ini dapat dengan mudah
dihindari jika telur disimpan di kulkas, dimasak dengan matang dan segera
dimakan setelah dimasak. Bakteri Salmonella berkembang biak dengan cepat pada
suhu kamar. Jadi, pastikan Anda membeli telur di toko yang ada alat
pendinginnya dan tempatkan telur di kulkas (bagian terdingin dari kulkas dan
bukan di pintu) segera setelah Anda sampai di rumah.
Berapa
konsumsi sebaiknya dalam sehari?
Sebutir telur berukuran besar bisa
mengandung sekitar 213 miligram kolesterol, yang terkandung dalam bagian kuning
telur. Jika Anda ingin sehat, ikuti rekomendasi diet yang
disarankan yakni asupan kolesterol tidak boleh melebihi 300 mg per hari.
American Heart Association
menyatakan, sebutir setelur sehari masih dalam batas yang wajar untuk
kesehatan. Tetapi, Anda sebaiknya tidak mengonsumsi lagi makanan
berkolesterol tinggi seperti susu, daging dan unggas. Jika Anda mempunyai
penyakit seperti jantung atau diabetes, direkomendasikan untuk berkonsultasi
dengan dokter atau ahli gizi mengenai batasn konsumsi
Sumber
:
Editor
:
Asep
Candra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar